Penyakit yang sering bercokol dalam hati manusia ialah
penyakit takut dan bimbang. Penyakit ini pun biasanya timbul
akibat rasa ketidak-pastian yang telah diterangkan di atas.
Kedua penyakit ini tumbuh akibat kurang yakinnya seseorang
akan kemutlakan kekuasaan Allah SWT. Kurang yakinnya
seseorang akan kemutlakan Allah ini menyebabkan ia kurang
pasrah dalam mewakilkan nasibnya kepada Allah. Di dalam
bahasa al-Qur'an dikatakan orang ini tidak tawakkal.
Tawakkal 'ala Allah artinya mewakilkan nasib diri kepada
Allah semata. Kelemahan diri manusia akibat dari proses
kejadiannya itu telah menyebabkan manusia
senantiasa merasa tergantung kepada sesuatu yang lain. Jika
ia yakin akan kekuasaan mutlak Allah SWT, maka ia akan puas
dengan ketergantungannya kepada Allah saja. Jika ia kurang
yakin akan kemutlakan kekuasaan Allah SWT, maka kebimbangan
segera timbul. Kebimbangan ini kemudian akan berkembang
menjadi rasa takut.
Rasa takut itu biasanya timbul terhadap perkara yang akan
datang yang belum tentu akan terjadi. Misalkanlah
perkirkiraan yang wajar menunjukkan bahwa kemungkinan
terjadinya perkara itu dan akan berakibat jelek terhadap
kita 50%. Biasanya dengan pengandaian yang dilebih-lebihkan
dibayangkan seolah-olah kemungkinannya jauh lebih besar dari
50%, maka kita pun ketakutan.
Padahal, jika kita sadar, bahwa kita boleh saja
mengandaikan sebaliknya, yaitu lebih kecil dari 50% bukankah
kita tak perlu takut. Dalam keadaan tidak takut kita dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk mengatasi akibat yang
akan mungkin terjadi itu. Biasanya di bawah tekanan rasa
takut orang sudah tidak dapat lagi berpikir wajar, bahkan
bagi setengah orang bisa menjadi panik dan berhenti berpikir
sama sekali.
Namun di atas semua itu, keyakinan akan seluruh
sifat-sifat (attribute) Allah yang mutlak pasti akan
menentukan dan memelihara kemantapan hati seseorang.
Bukankah Allah SWT telah mcnjamin, bahwa "tidak akan
mengenai suatu kejadian akan kita, kecuali jika memang telah
ditetapkan Allah bagi kita." Dalam firman-Nya:
"Katakanlah: 'Takkan ada apapun yang akan menimpa kami, kecuali yang telah ditetapkan Allah; Dialah Pelindung kami, maka hanya kepada-Nya-lah si Mu 'min mewakilkan urusan mereka' . " (Q. 9: 51).
Takut dan bimbang adalah gejala jiwa yang kurang
bertawhid. Dengan perkataan lain takut dan bimbang ialah
pertanda syirik. Dr. Muhammad Iqbal, pujangga Islam
terkemuka dalam abad ini telah menyatakan syirik setiap
luapan takut dan bimbang dalam salah satu sajaknya yang
bcrjudul: "Laa Takhaf Wa Laa Tahzan".
- Laa Takhaf Wa Laa Tahzan
- Wahai kau yang dibelenggu rantai takut dan gelisah
- Pelajarilah mutu kata Nabawi: "Laa Tahzan"
- Jangan takut tak berketentuan
- Jika adalah padamu Tuhan Yang Maha Kuasa
- Lemparkanlah jauh-jauh segala takut dan bimbang
- Lemparkan cita untung dan rugi
- Kuatkan iman sekuat tenaga
- Dan kesankanlah berkali-kali dalam jiwamu: "La Khaufun 'Alaihim"
- Tiada resah dan gentar pada mereka bagi zaman 'kan datang
- Bila Musa pergi kepada Fir'aun
- Hatinya membaja oleh mutu kata:
- "Laa Takhaf, janganlah takut dan bimbang"
- Siapa yang telah mempunyai semangat al-Musthafa
- Melihat syirik dalam setiap denyut dan luapan takut bimbang.
Cara mengatasi rasa takut ialah dengan tawakkal 'ala
Allah, artinya mewakilkan perkara yang kita takuti itu
kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan pemecahan
masalah tersebut. Di samping itu kita mempersiapkan diri
seperlunya untuk mengatasi kemungkinan akibat buruk dari
perkara tersebut bila terjadi.
Andai kata perkara itu terjadi benar-benar, maka kita
tidak akan terkejut lagi, sehingga dapat lebih tenang
mengatasinya. Betapapun jelek akibat terjadinya perkara
tersebut atas diri kita, maka dengan bertawakkal 'ala Allah
itu kita akan siap menerimanya sebagai kehendak Allah, Yang
sedang menguji kita. Maka jika kita berhasil keluar dari
peristiwa itu biasanya kita akan punya iman yang lebih
menebal. Itulah yang dialami para nabi dan rasul dalam
meningkatkan iman dan tawhid mereka.
Nabi Musa AS, umpamanya, telah mengalami segala macam
ujian Allah yang berat-berat demi meningkatkan iman dan
tawhid beliau. Musa AS mematuhi segala yang telah
diperintahkan Allah kepadanya sepenuhnya. Kadang-kadang
beliau juga merasa bimbang dan ragu, dan perasaan ini
dijelaskan beliau kepada Allah, dan Allah memberikan bantuan
seperlunya. Pada saat beliau, karena mematuhi perintah
Allah, membawa seluruh orang Yahudi pindah keluar dari tanah
Mesir, maka beliau dihadapkan dengan cabaran Allah yang
cukup berat.
Ketika rombongan yang besar itu sampai ke pantai laut
Merah kelihatan di belakang lasykar Fir'aun, yang siap akan
menghancurkan mereka, datang mengejar. Maka, Musa AS
dihadapkan dengan jalan buntu. Padahal beliau sampai ke
situasi ini bukan karena kehendak beliau sendiri; beliau
sampai ke situasi ini hanya karena mematuhi perintah Allah,
maka ketika beliau mewakilkan perkara ini kepada Allah, maka
Allah SWT segera memberikan pemecahan masalahnya, dan dengan
demikian Musa menjadi lebih matang. Inilah yang digambarkan
oleh sajak berikut ini:
- Have you ever been to the Red Sea shore in your life,
- Where inspite of everything you can do,
- There is no way back, there is no way out,
- There is no other way but through.
- Jika diterjemahkan kira-kira:
- Pernahkah dalam hidup ini anda terbuntu di Laut Merah,
- Yang walau apapun anda boleh buat dan rancang,
- Namun anda tak mungkin mundur konon pula menyerah,
- Satu-satunya jalan hanyalah terus 'nyeberang.
Musa AS tawakkal 'ala Allah atas perkara yang sedang
dialaminya akibat patuhnya beliau kepada perintah Allah,
maka Allah SWT tak mungkin mengecewakan hamba-Nya yang
memenuhi seluruh kehendak-Nya.
"Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong (melaksanakan semua perintah) Allah, maka Ia akan menolong kamu dan memantapkan langkah-langkahmu." (Q. 47:7)
Maka dengan kehendak Allah laut Mcrah menyibakkan airnya
dan memberikan rombongan Musa AS jalan untuk lewat
menyeberang. Sementara itu barisan lasykar Fir'aun dihadang
oleh api besar sampai rombongan Musa AS hampir selesai
menyeberang. Sesudah api besar itu reda, lasykar Fir'aun
mengejar menyeberangi laut yang masih terbuka itu sampai ke
tengah, maka laut itu pun menelan mereka seluruhnya. Inilah
kekuatan pengaruh tawhid yang bagi seorang Rasul seperti
Musa AS telah berubah menjadi apa yang dinamakan
mu'jizat.
Ummat Muhammad SAW telah mendapat karunia khas berupa
mu'jizat yang tidak saja diajarkan oleh beliau, bahkan telah
dipusakakan beliau kepada ummat yang sangat dicintai beliau
ini. Kehebatan sikap tawhid ini akan selalu terbukti
seandainya ummat ini bersedia menghargai dan mengamalkannya.
Sayang, kebanyakan ummat kita masih terlalu tebal
kemusyrikannya, sehingga terhadap ilah yang berupa rokok
saja pun kebanyakan ummat kita masih takluk tak berkutik,
termasuk sebahagian pemimpin dan ulamanya! AstaghfiruLlah .
Ya Allah, ampuni dan tunjukilah kami semuanya dalam mencapai
ridha-Mu ...!!!
Sikap keraguan bukanlah sikap kesatria. Seorang
satria ia akan selalu bertindak tegas dan penuh keyakinan. Kegagalan
bagi kasatria, merupakan awal kebangkitan.
Sikap keraguan, merupakan kelemahan besar, batu
sandungan bagi segala kesuksesan.
Mengapa sikap keraguan mudah hadir ?
salah satu
penyebab utama adalah karakter. Karakter yang lemah, akan mudah membawa
seseorang ragu dalam mengambil tindakan. Jadi sesungguhnya tindakan dan
karakter tidak terpisahkan.
Johann Wolfgang von Goethe (1749–1832), dramawan dan novelis Jerman, mengatakan : “Keraguan hanya dapat dihilangkan dengan tindakan.”Albert Einstein (1879–1955), ahli fisika Amerika Serikat kelahiran Jerman mengatakan : “Kelemahan sikap akan menjadi kelemahan karakter.”
Sesungguhnya yang membuat diri kita tidak mampu melakukan sesuatu adalah
keraguan yang muncul dari dalam diri kita sendiri.
karena itu jadikanlah sebuah keraguan yang muncul sebagai penyemangat dan motivasi yang membuat kita mampu bangkit dari keraguan.
Semoga Bermanfaat
NB :
Buah Pikiran sendiri dan ringkasan dari beberapa blog
Buah Pikiran sendiri dan ringkasan dari beberapa blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar